Next Future Journalism?

Reta Yudistyana /210110080164
Luk Lukul Hamidah/210110080269

Citizen Journalism atau jurnalisme warga belakangan ini semakin menjamur di masyarakat. Terkadang pembaca sulit membedakan sebuah tulisan hasil karya seorang jurnalis profesional dengan jurnalis warga karena sebenarnya mereka juga tidak mempermasalahkan jika tulisan tersebut bukan karya seorang jurnalis. Bagi mereka yang terpenting adalah mendapatkan informasi yang diperlukan asalkan yang menulis karya tersebut memiliki kredibilitas dan dapat dipercaya. Misalnya seringkali orang mencari berbagai informasi melalui berbagai media termasuk salah satunya media sosial. Kebanyakan mengutip berbagai informasi dari blog pribadi seseorang tanpa tahu siapa sebenarnya penulisnya.
Perkembangan media sosial seharusnya dapat memacu perkembangan jurnalisme karena sekarang ini tidak dapat dipungkiri bahwa media sosial sedang mendapat banyak perhatian dari berbagai kalangan. Seiring dengan perkembangan teknologi, maka seseorang akan semakin mudah untuk mengakses informasi dari media sosial. Dengan adanya media sosial ini seharusnya berbagai macam media cetak maupun elektronik mulai merubah gayanya dengan cara menambahkan jaringannya di media sosial sehingga media tersebut tidak ditinggalkan begitu saja oleh khalayaknya. Kita juga harus peka dengan perkembangan teknologi yang ada dan diminati oleh masyarakat.
Bukan tidak mungkin, sepuluh tahun mendatang media cetak akan kehilangan pembacanya. Apalagi, isu global warming semakin gencar disuarakan sehingga produksi kertas yang mengakibatkan penebangan pohon akan semakin dibatasi. Jika media cetak benar-benar tidak terbit lagi, aktivitas jurnalisme akan berpindah kepada media lain, misalnya media sosial di internet. Kemudahan mengakses dan tidak adanya manajemen pada media sosial membuat siapa saja bisa memasukkan informasi ke dalamnya. Informasi bisa menjadi tidak terkendali dan sulit dipertanggungjawabkan kebenaran isinya.
Media elektronik yang bersifat auditif juga mungkin akan ditinggalkan oleh khalayaknya karena era konvergensi yang semakin tinggi. Dalam era konvergensi, media cetak maupun elektronik seolah melebur menjadi satu dalam media internet. Contohnya dalam sebuah website di sana tergabung informasi yang bisa diakses secara audio, visual, maupun audio visual. Hal Ini memperjelas bahwa sepuluh tahun lagi media yang hanya auditif dan visual akan ditinggalkan khalayaknya dan perlahan menghilang.
Pergeseran konsumsi media oleh masyarakat secara tidak langsung akan berpengaruh pada profesi jurnalisme. Siapapun yang menulis pada media internet khususnya media sosial tidak akan terlalu peduli lagi pada aturan-aturan penulisan sesuai kaidah jurnalistik, termasuk juga etika jurnalistik.
Menulis untuk media internet akan berbeda dengan menulis untuk media cetak. Kebutuhan untuk mendapat informasi dengan cepat membuat pola kerja jurnalis pun berubah yaitu mendapat informasi terbaru dan menyebarkannya kepada masyarakat secepat mungkin. Keakuratan informasi dan prinsip cover both side menjadi tidak penting karena kecepatan informasi lebih diutamakan. Bahkan ketika nantinya media internet semakin berkembang kebutuhan untuk mendapatkan informasi dari media internet ini akan bergeser menjadi kebutuhan pokok.
Saat ini, hampir setiap kalangan mengenal dan memiliki akun di media sosial. Facebook dan Twitter sudah menjadi hal yang tidak asing lagi bagi masyarakat, bahkan di kalangan anak SD sekalipun. Selain untuk eksistensi diri, media sosial dimanfaatkan beberapa kalangan untuk saling memberi dan menerima informasi.
Adanya media sosial ini jelas sangat membantu kinerja jurnalis dalam menyebarkan sekaligus mendapatkan informasi yang mereka butuhkan. Mereka tidak perlu menunggu waktu lama untuk mencetak atau menyiarkan informasi dan menggunakan peralatan yang rumit. Hanya dengan menggunakan jaringan internet segalanya bisa dengan mudah dilakukan tanpa harus mengeluarkan dana yang banyak untuk melakukan proses produksi. Apalagi kemajuan teknologi komunikasi semakin mendukung kebutuhan masyarakat untuk mengakses informasi dari internet kapan saja dan di mana saja.
Bahkan kini banyak perusahaan media mulai memperbarui penampilannya, salah satu cara mereka mulai membuat berbagai akun di situs jejaring sosial agar mereka juga tidak ditinggalkan. Contohnya TV One mulai membuat akun Twitter untuk membantu khalayaknya mendapatkan informasi dengan cepat. Cara seperti ini pun ternyata mendapat respon positif dari masyarakat, terbukti dengan banyaknya follower dari akun Twitter tersebut. Akhirnya berbagai media pun mulai tertarik untuk mencobanya dan terjadi persaingan antar berbagai media untuk merebut perhatian masyarakat.
Selain kemudahan mengaksesnya, berbagai media sosial yang dimanfaatkan sebagai penyebar informasi juga memiliki keterbatasan. Misalnya, terbatasnya informasi yang dapat diberikan melalui jejaring sosial membuat masyarakat akan terbiasa mendapatkan informasi secara kurang mendalam. Akan tetapi hal itu tidak diperdulikan lagi karena sekarang yang terpenting bagi masyarakat adalah mendapatkan informasi secepat mungkin.
Alasan lain dari banyak media yang beralih ke jejaring sosial adalah keluhan dari khalayak yang pernah menggunakannya bahwa media yang dihasilkan tidak praktis dan efisien. Sehingga banyak orang berpikir untuk mencari hal yang bagi mereka nyaman dan efisien. Contohnya orang yang sering berlangganan koran sekarang mulai beralih ke e-papernya koran tersebut.
Selain informasi berupa berita, pemasangan iklan juga mulai beralih dari media cetak ke media internet. Melalui internet, pemasaran produk bisa lebih luas karena jumlah pengaksesnya juga lebih banyak dibandingkan media cetak. Hal inilah yang disadari para pengiklan sehingga kini jumlah iklan di media cetak menurun, sementara sebaliknya iklan di internet semakin bertambah.
Tidak hanya dari segi material dan finansial, segi sumber daya manusia pun yang memiliki latar belakang pendidikan jurnalisme juga akan tergeser lahannya karena perkembangan dunia virtual. Semakin berkurangnya lahan profesi jurnalis maka semakin berkurang juga peminat terhadap civitas akademi yang memiliki spesialisasi di bidang jurnalis. Tidak menutup kemungkinan juga bahwa civitas akademi tersebut ditutup karena kekurangan peminat.
Siapa saja bisa menulis untuk media sosial. Melalui media sosial, seseorang bisa lebih bebas mengungkapkan ekspresinya dan bisa tidak dipungut biaya. Dua kelebihan inilah yang menjadi nilai lebih bagi perkembangan media sosial dewasa ini. Sayangnya, angka kriminalitas mulai meningkat seiring dengan banyaknya orang yang membuat profil di berbagai jejaring sosial. Kecenderungan untuk eksis di media sosial membuat privasi menurun dan hal tersebut bisa memicu orang-orang yang tidak bertanggung jawab untuk melakukan hal-hal yang tidak diinginkan.
Pada dasarnya, media sosial memberikan pengaruh positif bagi perkembangan jurnalisme, khususnya jurnalisme warga (citizen journalism). Namun, ada baiknya pemerintah di setiap negara memberi peraturan khusus bagi jurnalisme warga ini agar setiap karya yang dihasilkan dapat dimanfaatkan dengan baik oleh pengakses media sosial dan tidak disalahgunakan.